Solar and Carbon Harvesting for Energy
Advanced Renewable
Fri , 09 Dec 2022 18:13 WIB
Hari-hari ini masyarakat negeri ini harus hidup dengan new normal baru, yaitu tiada lagi bahan bakar murah – seteah pemerintah menaikkan harga BBM hingga lebih dari 30% untuk Pertalite – BBm yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Semoga saja anggaran subsidi BBM yang di-realokasi-kan menjadi subsidi tunai langsung benar-benar lebih tepat sasaran, sehingga meringankan beban masyarakat yang sangat membutuhkannya.
Salah satu alokasinya mestinya juga untuk litbang bahan bakar itu sendiri, karena kalau saja hal ini dilakukan dari dahulu – insyaAllah kita sudah bisa merdeka energi hari-hari ini, tidak lagi harus mengimpor begitu banyak bahan bakar kotor berupa minyak bumi yang harganya terus bergejolak di luar sana.
Bahan dasar untuk bahan bakar bersih itu melimpah di sekitar kita, matahari yang bersinar sepanjang tahun, produksi emisi CO2 yang cenderung berlebih, dan air tawar maupun air laut yang mengisi ¾ wilayah negeri ini. Dari ketiga sumber inilah proses produksi primer melalui apa yang disebut fotosintesa itu terjadi. Apa hasilnya?
Hasilnya adalah konsentrasi hidrokarbon – alias bahan bakar yang masih kita sia-siakan, dalam bentuk aslinya berupa biomassa yang mayoritasnya adalah lignoselulosa. Hanya karena bentuknya sekarang masih berupa sampah perkotaan, limbah pertanian, perkebunan dan limbah hutan yang justru menjadi penyebab kebakaran hutan di musim kering – kita belum melihatnya sebagai potensi untuk menggantikan energi yang selama ini kita pakai.
Nah kalau saja 1-2% dari subsidi energi tersebut dialokasikan untuk litbang bahan bakar ini, apa sulitnya merubah biomassa tersebut menjadi bahan bakar pengganti bensin, diesel, avtur dan bahkan juga LPG?
Bahkan tanpa anggaran satu sen-pun dari pemerintah litbang semacam ini kami lakukan, hasilnya adalah yang selalu kami bagi dengan Anda melalui unggahan-unggahan di media ini. Untuk memproses biomassa menjadi bensin dan diesel misalnya, setidaknya kita sudah siap dengan dua jalur.
Jalur pertama biomassa kita proses dalam reactor fast pyrolysis untuk menghasilkan Bio-Oil, yang kemudian bila kita up-grade melalui satu reactor lagi yaitu catalytic cracking dia menjadi bensin, diesel, jet-fuel dan LPG. Jalur kedua bahkan akan lebih baik lagi hasilnya dan bisa menghadirkan pekerjaan baru bagi masyarakat luas.
Yaitu biomassa dihidrolisa menjadi glukosa – bisa dilakukan oleh UMKM, glukosa yang dihasilkan kemudian digunakan untuk menanam microalgae secara Heterotrophic Ultra High Density (HUHCD) – yang bisa diajarkan ke masyarakat luas di desa maupun di kota.
Hasilnya akan berupa biomassa microalgae yang sudah mengandung energi tinggi, dan baru dari sinilah industri bahan bakar bisa masuk untuk mengolahnya menjadi bahan bakar bersih yang terjangkau – SDG no 7 Affordable and Clean Energy.
Other Post
Universal Feedstocks for Advanced Biofuels
Dec 09, 2022
T-Shirt Language for the New Energy Team
Dec 09, 2022
Generator Berbahan Bakar Arang, Why Not?
Dec 09, 2022
BioHydrogen Economy Enablers
Dec 09, 2022
Teknologi Inspiratif Dari Eksplorasi Luar Angkasa
Dec 09, 2022
Categories
Renewable Energy
Please register first!
For post a new comment. You need to login first. Login
Comments
No comments