Production and Road Test for Green Diesel D100
Advanced Renewable
Fri , 09 Dec 2022 18:04 WIB
Dalam pencarian bahan bakar yang paling cocok untuk negeri 17,500 pulau ini, kami menemukan bahwa bahan bakar yang ada sekarang rata-rata tidak ideal. Bahan bakar dari minyak bumi hanya diproduksi di pulau-pulau besar dengan bahan baku impor. Dampaknya berapapun harga minyak dunia - ongkos penyediaan BBM hingga seluruh pulau yang berpenghuni sangatlah mahal. Perlu perjalanan laut hingga beberapa hari untuk menjangkau pulau-pulau tersebut, subsidi transportasi BBM menjadi sangat tinggi.
Bahan bakar seperti biodiesel sebenarnya bisa diproduksi di pulau-pulau dalam skala kecil sekalipun, hanya kelemahan biodiesel adalah masih membutuhkan kandungan metanol atau etanol yang tinggi untuk memproduksinya. Untuk mendatangkan metanol dari pulau besar tentu juga sangat mahal di ongkos seperti halnya pengiriman BBM tersebut di atas. Membuat sendiri etanol di pulau tentu bisa, tetapi berarti juga tambah biaya produksi.
Maka sejak International Energy Agency (IEA) mensosialisasikan konsep Drop-in Biofuels tahun 2014 lalu, kami melihat inilah bahan bakar ideal untuk negeri kepulauan ini. Mengapa demikian?, karena berbasis tanaman - dari minyak nabati apapun dan bahkan juga dari minyak biomassa atau disebut bio-oil, maka bahannya bisa ditanam dimanapun. Di pulau-pulau kecil bahkan rata-rata sudah ada kelapa, tamanu, malapari dlsb, tinggal mengolahnya saja.
Drop-in Biofuels tidak membutuhkan metanol ataupun etanol dalam proses produksinya, dia hanya butuh katalis tetapi katalis bisa dipakai berulang jadi biaya pengirimannya tidak menjadi masalah. Drop-in Biofuels berupa Bio-Gasoline dan Green Diesel (untuk membedakannya dari Biodiesel) - masing-masing dapat langsung dipakai di kendaraan bensin dan diesel tanpa dicampur BBM fosil sedikitpun.
Maka kalau di dunia Biodiesel dikenal B30 misalnya (Biodiese 30% selebihnya petroleum diesel), dalam dunia Drop-in Green Diesel menggunakan initial "D" . Dan yang kita produksi dan gunakan sendiri ini adalah D100, maknanya adalah Drop-in Green Diesel 100%. Sementara baru kami coba sendiri, tetapi rekan-rekan peneliti, korporasi dan institusi yang tertarik sudah bisa nimbrung untuk mengembangkannya.
Di bagian kiri dari foto adalah mesin produksinya, yang kami sebut Fuzzy Logic Reactor, intinya catalytic cracking reactor dengan dua pilihan versi. Untuk percobaan dalam skala kecil kami gunakan Thermo Catalytic Cracking (TCC), sedangkan nanti pada versi produksi komersial kita akan gunakan Fluidized Catalytic Cracking (FCC). Keduanya bisa dibuat dalam skala micro maka kita sebut Microrefinery.
Hari-hari ini kita mulai road test untuk bahan bakar yang sepenuhnya alami, hijau dan produksi dalam negeri ini - local contentnya 100%. Segera setelah hasil test ini semua berjalan seperti yang diharapkan, Andapun akan bisa ikut memproduksi bahan bakar Anda sendiri - dimanapun Anda berada.
Pos Lainnya
Regenerative Fuels, How Much Does It Cost?
Dec 09, 2022
Valorisasi Limbah Menjadi Kombinasi Energi
Dec 09, 2022
Micro BTX for Survival Energy Solution (SES)
Dec 09, 2022
Kategori
Renewable Energy
Silakan mendaftar terlebih dahulu!
Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk
Komentar
Tidak ada komentar