Gajah Melawan Gajah, Pelanduk (Jangan) Mati Di Tengah
Advanced Renewable
Mon , 12 Dec 2022 17:04 WIB
Ini peribahasa yang kita tahu sejak SD dahulu, bila ada gajah bertarung melawan gajah, yang mati di tengahnya adalah pelanduk atau kancil. Maknanya bila ada dua kekuatan besar berseteru, yang menjadi korban adalah selalu rakyat kebanyakan. Dan inilah yang terjadi di dunia hari-hari ini.
Belum juga usai krisis perang Russia-Ukraina, dunia terancam krisis baru. Pemicunya adalah kesepakatan 23 negara OPEC+, yaitu OPEC plus beberapa negara lain seperti Russia dan Mexico. Kesepakatan yang dicapai melalui perteuan di Wina Rabu pekan lalu itu intinya OPEC + akan menurunkan produksi minyaknya sebesar 2 juta barrel per hari mulai November nanti.
Mengapa ini jadi masalah besar di Amerika terutama? Karena negara itu telah memiliki perjanjian yang usianya 77 tahun dengan Arab Saudi - produsen terbesar minyak OPEC, yang intinya sebagai imbalan jaminan keamanan dari AS - Saudi wajib mensupply minyak ke AS selama masih ada produksi minyak di Saudi. Bila produksi minyak turun, harga melonjak - maka konsumen dan industri di Amerika yang akan semakin berat beban ekonominya.
Tetapi kenaikan harga minyak dunia juga bukan hanya berdampak ke ekonomi Amerika Serikat, mayoritas negara lain termasuk kita di Indonesia akan terkena getahnya juga. OPEC sendiri menguasai sekitar 30% pasar minyak dunia, tetapi cadangan minyak yang mereka kuasai adalah sekitar 80% dari cadangan minyak dunia. Artinya negara-negara di luar 23 negara OPEC+ tersebut, amat sangat sedikit memiliki cadangan minyak.
Karena seriusnya ancaman penurunan produksi minyak OPEC+ tersebut, sejumlah pihak di Amerika Serikat mengancam untuk meng-goal-kan undang-undang yang disebut NOPEC (No Oil Producing or Exporting Cartels). NOPEC bill ini tidak main-main ancamannya, karena initinya semua kegiatan OPEC bisa dianggap melanggar undang-undang negeri itu - yang berdampak negeri itu bisa membekukan trilyunan aset negara-negara OPEC atau perusahaan yang terkait yang ada di negeri itu - tentu ini akan berdampak sangat serius bukan hanya terhadap ekonomi tetapi juga geopolitik dunia.
Tetapi kita tidak harus menjadi pelanduk yang mati di tengah pergulatan dua gajah tersebut di atas, kita-kita yang masih sangat tergantung pada minyak bumi dan gas yang mayoritasnya harus diimpor, kudu amat sangat serius merintis alternatif energi baru yang bahan bakunya tidak harus diimpor.
Kalau saja 14 juta hektar lahan kritis dan sangat kristis kita bisa ditanami tanaman Tamanu saja, kita akan memiliki tambahan produksi minyak nabati setara dengahn 1.2 juta barrel per hari atau 60% dari pengurangan produksi minyak OPEC+ yang mencapai 2 juta barrel tersebut di atas. Belum sumber daya kita lainnya seperti limbah pertanian, perkebunan, hutan dan limbah perkotaan yang semuanya bisa diubah menjadi bahan bakar bersih dan terbarukan dengan teknologi-teknologi yang sudah saya unggah secara berseri sebelumnya.
Pos Lainnya
Making Your Own Gas In Time of Distress
Dec 12, 2022
Riding the Wind
Dec 12, 2022
Sama-sama Carbon Tetapi Beda Status
Dec 12, 2022
Biomass Energy Lever
Dec 12, 2022
Pusat Keuntungan CCU
Dec 12, 2022
Kategori
Renewable Energy
Silakan mendaftar terlebih dahulu!
Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk
Komentar
Tidak ada komentar