Drop-In Biofuels and Drop-In Bioplastics
Advanced Renewable
Mon , 13 Feb 2023 17:00 WIB
Biofuels yang umum dipakai sekarang seperi biodiesels dan ethanol memiliki banyak kelemahan dibandingkan dengan petroleum fuels, karenanya sejak 9 tahun lalu International Energy Agency (IEA) mulai mensosialisasikan apa yang disebut Drop-In Biofuels. Ini adalah jenis biofuels yang sama persis dengan fossil fuels karakternya, karenanya bisa langsung dipakai (drop-in) di seluruh jenis mesin yang ada tanpa perlu perubahan apapun. Bedanya hanya pada asalnya, petroleum fuels dari fossil yang tidak renewable, sedangkan Drop-In Biofuels berasal dari biomassa yang renewable, sehingga dia bersih tanpa NOx dan SOx dan carbon neutral.
Demikian pula dengan bioplastics yang umumnya ada di pasar saat ini, dia memiliki kelemahan dibandingkan dengan petroleum plastics - yaitu plastik-plastik yang kita gunakan hingga saat ini. Kelemahan tersebut antara lain pada kekuatan dan daya tahannya. Oleh karenanya pencarian sumber bahan baku plastik baru yang sama kekuatan dan ketahanannya dengan petroleum plastics terus digalakkan - karena dunia sudah terlanjur terbiasa dengan karakter plastik yang ada sekarang - yaitu petroleum plastics tersebut.
Alhamdulillah pencarian plastik baru yang renewable tetapi berkarakter sama persis dengan petroleum plastics itu kini sudah menperoleh hasilnya, tinggal memasuki produksi komersial yang masif saja. Belajar dari Drop-In Biofuels tersebut di atas, plastik baru ini juga kita sebut Drop-In Bioplastics. Bukan sekedar nama sebenarnya, semua bahan dan teknologi yang digunakan untuk memproduksi Driop-In Bioplastics ini memang mayoritasnya sama dengan yang digunakan untuk produksi Drop-In Biofuels.
Semua bahan biomassa bisa digunakan untuk menghasilkan Drop-In Biofuels maupun Drop-In Bioplastics, pun demikian dengan mesin-mesin utama yang digunakan untuk memproses keduanya. Kuncinya ada pada rangkaian dua mesin yaitu ACR (Auto Catalytic Reforming) dan FTS (Fischer-Tropsch Synthesis). ACR untuk merubah biomassa menjadi Syngas, sedangkan FTS untuk merubah Syngas menjadi Bio-Hydrocarbons dari jenis Alkanes dan Alkenes.
Alkenes yaitu hidrokarbon tidak jenuh, yang rantai pendek seperti C2H4 (Ethylene) dan C3H6 (Propylene) diarahkan untuk produk plastik melalui proses polimerisasi. Ethylene akan menjadi Polyehylene (PE) dan Propylene akan menjadi Polypropylene (PP), keduanya adalah bahan plastik yang paling umum dipakai saat ini.
Alkenes yang rantai menengah dan pnjang (C3 atau lebih) dan alkanes setelah melalui catalytic cracking dan kemudian dipisah-pisah melalui fractional distillation sesuai dengan panjang rantai carbonnya akan menjadi Green Diesels (untuk membedakannya dengan Biodiesel yang kita kenal saat ini), Bio-jet, Bio-Gasoline dan Bio-LPG.
Jadi pengganti bahan bakar dan plastik-plastik dari fosil itu sudah ada di depan mata. Bahannya melimpah dan murah, karena bisa diolah dari limbah pertanian apapun hingga sampah perkotaan - yang saat ini masih dipandang sebagai masalah.
Other Post
Advanced Renewable Feedstocks Nan Melimpah
Feb 13, 2023
Energi Bersih Tidak Harus Mahal
Feb 13, 2023
Food Challenge
Feb 13, 2023
Decoupling Economic Growth and Carbon Emissions
Feb 13, 2023
Oleh-Oleh Dari B20 Summit
Feb 13, 2023
Categories
Renewable Energy
Please register first!
For post a new comment. You need to login first. Login
Comments
No comments