BioJet : Opportunities for a Greener Flight
Advanced Renewable
Mon , 12 Dec 2022 17:08 WIB
Berlomba-lomba dalam kebajikan itu adalah baik, dan ini sedang terjadi pula di dunia penerbangan. Meskipun motifnya untuk membangun citra hijau di dunia penerbangan, sejumlah industri pesawat terbang, perusahaan penerbangan, aviation fuels blenders dan bahkan negara-pun terlibat dalam menyediakan energi hijau bagi dunia penerbangan. Negeri jiran kita bahkan sedang membangun pabrik terbesar untuk apa yang disebut Sustainable Aviation Fuels (SAF) ini.
Bisa jadi kita bukan yang tercepat dalam perlombaan ini, mungkin juga bukan yang terbaik, tetapi sangat bisa jadi kita memiliki peluang terbesar untuk menyediakan bahan baku atau blendstocks-nya untuk bahan bakar pesawat yang lebih hijau tersebut.
Saat ini sudah ada spesifikasi teknis untuk bahan bakar pesawat yang berkelanjutan itu. Tertuang dalam ASTM D7566 (Standard Specification for Aviation Turbine Fuel Containing Synthesized Hydrocarbons) Atau yang juga disebut Drop-in Aviation Fuels.
Ada empat jenis molekul hidrokarbon yang dibutuhkan untuk meracik bahan bakar pesawat ini, yaitu n-alkane, iso-alkane, cyclo-alkane dan aromatic. Keempatnya bisa dihasilkan dari bahan yang melimpah yang ada di negeri ini, baik berupa minyak nabati maupun biomassa.
Bila yang digunakan minyak nabati, yang paling cocok adalah minyak kelapa dan minyak inti sawit. Prosesnya juga sederhana melalui hydrotreating ataupun melalui catalytic cracking - sekitar 75% minyak-minyak ini sudah akan terurai menjadi molekul-molekul n-alkane di rentang panjang C8-C16 yang dibutuhkan untuk bahan bakar pesawat.
Namun kalau hanya menggunakan minyak nabati, bahan bakar pesawat akan cenderung mahal dan keberlangsungan supply-nya juga belum tentu bisa diandalkan. Untungnya sekitar 75% dari campuran bahan bakar pesawat membutuhkan iso-alkane, cyclo-alkane dan aromatic . Ketiganya bisa diperoleh dari bio-oil hasil fast pyrolysis biomassa, ini adalah sumber yang melimpah dan murah.
Lebih jauh lagi, 25% bahan yang berasal dari minyak nabati tersebut-pun juga bisa digantikan dari biomassa, melalui proses gasifikasi menjadi Syngas, kemudian melalui Fischer-Tropsch synthesis menjadi FT-Oil, baru kemudian di-cracking untuk menjadi rantai n-alkane yang sesuai.
Jadi kita punya dua pilihan untuk membuat Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang sangat kompetitif, yaitu dengan 75% bahan baku sampah plus 25% minyak kelapa atau inti sawit, atau bahkan juga bisa langsung 100% dari sampah melalui kombinasi proses-proses tersebut di atas. Bila negeri jiran sudah membuat pabriknya, peluang besar bagi kita karena kitalah yang punya bahan bakunya yang melimpah. Pihak-pihak yang tertarik dengan project BioJet ini dapat menghubungi kami untuk ikut berlomba dalam kebajikan -fastabihul khairat.
Pos Lainnya
Alternatif Minyak Bumi
Dec 12, 2022
Nilai Tambah Dari Limbah Gabah
Dec 12, 2022
FlexiEV: Super Flexible Electric Vehicle
Dec 12, 2022
Memungut Energi Dari Tiga Tempat Pembuangannya
Dec 12, 2022
CO2? Kalengkan Saja!
Dec 12, 2022
Kategori
Renewable Energy
Silakan mendaftar terlebih dahulu!
Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk
Komentar
Tidak ada komentar