Andai Negeri Mau Swasembada Energi
Advanced Renewable
Tue , 06 Jun 2023 17:14 WIB
Dari Rp 502 Trilyun subsidi energi kita tahun 2022, Rp 135 trilyun adalah untuk subsidi LPG. Padahal LPG adalah bahan bakar yang sekitar 77%-nya impor, artinya kita mendorong pertumbuhan ekonomi negara-negara lain dengan subsidi kita ini. Subsidi mestinya untuk energi bersih dan untuk mendorong ekonomi domestik, tetapi subsidi LPG bukan untuk keduanya. Lantas untuk apa ?
Bisa jadi karena kita terpaksa, rakyat sudah terbiasa hidup dengan LPG selama dua dasawarsa ini - sejak LPG dijadikan sebagai bahan bakar satu-satunya untuk kebutuhan rumah tangga. Tetapi benarkah kita harus menggunakan LPG yang sebagian besar diimpor ini? Hasil eksperimen kami di sanggar Waste to Energy (WastoE), memberi alternatif lain yang bisa membebaskan ketergantungan kita pada LPG tersebut, https://lnkd.in/gNBNJQ46.
Ada dua yang kami jagokan untik ini yaitu pellet biomassa dan yang kedua adalah biomethanol. Pellet biomassa juga bisa menjadi api biru kehijauan seperti yang saya unggah dalam perbagai sharing sebelumnya, antara lain ini :https://lnkd.in/g2XJRc7R , selain paling murah, pellet biomassa mudah sekali dibuat oleh masyarakat sendiri dimanapun berada. Hanya memasak menggunakan pellet memang perlu pembiasaan baru, yang bagi masyarakat menengah keatas munggkin enggan untuk berubah ke pellet ini.
Maka kami siapkan pula solusi lain yang semudah LPG, nyala apinya-pun lebih biru dari LPG seperti pada foto di bawah. Bahan bakar baru inni tentu sedikit lebih mahal dari pellet karena meskipun sama-sama menggunakan biomassa termasuk sampah bahan bakunya - butuh pengolahan yang njlimet untuk sampai menjadi biomethanol.
Tetapi hasilnya juga akan sepadan dengan jerih payah untuk menghasilkan biomethanol ini. Selain api biru tersebut, biomethanol adalah carbon neutral - setiap kilogram LPG yang digantikannya, sekitar 3 kg CO2 dicegah kemunculannya di atmosfir bumi.
Biomethanol juga jauh lebih aman dan murah dari sisi logistik dibandingkan dengan LPG, karena dia berupa cairan pada suhu dan tekanan normal, jadi tidak butuh tabung-tabung berat bertekanan tinggi dan beresiko ledakan seperti LPG. Biomethanol yang berupa cairan ini baru diubah menjadi gas oleh kompor cerdas yang kami siapkan sehingga muncul warna api yang biru tersebut - karena bila methanol dibakar langsung warna apinya tidak kelihatan.
Lalu saya berandai-andai dari solusi ini, bila 1% saja dari anggaran subsidi LPG tersebut untuk mendukung R&D dari sanggar WastoE ini, negeri kita akan mandiri energi bersih, Net Zero Emission, yang tanpa perlu subsidi lagi selamanya. Bonusnya ekonomi energi akan menyebar ke seluruh negeri karena masing-masing daerah akan bisa memproduksi biomethanol ini dari bahan baku biomassa yang ada di daerahnya masing-masing. Maka calon presiden yang mendukung gagasan seperti ini, yang mestinya paling layak kita pilih 2024 nanti!
Other Post
Bio LPG 3D Model
Jun 06, 2023
Advanced Biofuels Micro Refinery
Jun 06, 2023
Momen Untuk Bahan Bakar Murah dan Bersih
Jun 06, 2023
Survival Gasification Stove (SGS)
Jun 06, 2023
Distributed Waste to Energy and Chemical
Jun 06, 2023
Categories
Renewable Energy
Please register first!
For post a new comment. You need to login first. Login
Comments
No comments