64x64

Muhaimin Iqbal
Author

3D Solution for Energy Trilemma

Advanced Renewable

Mon , 12 Dec 2022 17:15 WIB


Sejak beberapa tahun lalu World Energy Council mengeluarkan apa yang disebut Energy Trilemma Index, me-ranking 127 negara-negara di dunia dalam perencanaan, pengelolaan dan pemenuhan kebutuhan energinya yang berkelanjutan. Index tersebut memetakan energy sustainability setiap negara dalam tiga dimensi, yaitu dimensi energy security, energy equity (accessibility & affordability) dan environmental sustainability.

Indonesia sebagai contoh kasus, dalam index tersebut tahun lalu kita berada di urutan 58 dari 127 negara, dengan nilai ACC. Dari sisi energy security kita baik karena kita memiliki segala bentuk sumber energi, yang fosil maupun yang terbarukan. Namun dari sisi energy equity kita masih lemah karena meskipun harga energi kita relatif murah dibanding negara-negara tetangga, tetapi GDP kita - yang merepresentasikan daya beli juga lebih rendah - perhatikan pada grafik di bawah.

Jadi kita tidak bisa membanggakan harga energi yang relatif murah tanpa melihat perbandingan GDP dengan negara-negara yang kita gunakan sebagai pembanding. Dimensi satu lagi yang kita lemah adalah dalam aspek environmental sustainability, meskipun kita memiliki berbagai jenis potensi energi baru dan terbarukan yang melimpah - hingga kini kita masih begitu besar mengandalkan energi fosil baik untuk listrik apalagi untuk bahan bakar.

Lantas bagaimana kita bisa melompatkan negeri ini dari ACC menjadi AAA dalam energy sustainability? Strategy yang kami usulkan adalah menggunakan pendekatan 3D (Democratized, Decentralized and Disruptive), yang sudah sering saya unggah dalam media ini.

Democratized maksudnya adalah mentransformasikan pengelolaan energi yang selama ini cenderung dikuasai oleh negara dan atau BUMN, kudu diedukasi masyarakat untuk terlibat seluasnya dalam ekonomi energi, rakyat tidak lagi sekedar menjadi pasar bagi bisnis energi tetapi harus bisa menjadi pelaku usaha dan produksinya.

Decentralized adalah membuat energi bisa diproduksi hingga daerah-daerah atau pulau-pulau yang terpencil sekalipun, sehingga beban biaya distribusi energi yang sekarang sangat besar disubsidi dan masih terasa berat bagi masyarakat - dapat menjadi ringan, tanpa subsidipun sudah terjangkau. Ini bisa dimungkinkan dengan mesin-mesin produksi energi skala micro - baik listrik maupun bahan bakar, seperti MicroCES (Micro Combined Energy System) yang juga sudah saya share rancangannya dalam unggahan sebelumnya.

D terakhir adalah Disruptive, kita tidak bisa berharap dapat nilai AAA dalam energy sustainability - bila mengandalkan pengelolaan kebutuhan energi ini sekedar business as usual, harus ada terobosan yang disruptive - bisa melihat bahwa ada peluang ke 3 di luar dikotomi selama ini - bahwa pilihan kita bukan hanya pilihan dilematis antara menaikkan harga BBM. listrik dan gas atau subsisdi energy yang membengkak. Pilihan ke 3 itu adalah R&D untuk menghasilkan energi bersih dan terbarukan, yang murah dan tanpa subsidi! Kita bisa, InsyaAllah.

Tags:
Energy Fuels

Silakan mendaftar terlebih dahulu!

Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk

Komentar

Tidak ada komentar