64x64

Muhaimin Iqbal
Author

LPG Lokal, Merupakan LPG Non Minyak Bumi

Advanced Renewable

Wed , 13 Mar 2024 17:21 WIB


Bahan bakar untuk rumah tangga yang paling populer di dunia adalah LPG, maka sudah dua dasawarsa ini penduduk negeri kepulauan ini juga kecanduan LPG. Masalahnya adalah LPG ini mayoritas bukan produk dalam negeri , sekitar 80%-nya masih harus diimpor dalam bentuk bahan baku propane dan butane-nya.

Selain harus disubsidi dengan sangat beratnya, dampak konsumsi LPG impor ini juga menjadi faktor pemiskin negeri ini karena setiap sen devisa yang kita pakai untuk membayar produk impor, sejumlah itu pula GDP kita berkurang. Mungkinkan LPG diproduksi sepenuhnya dalam negeri?

Selama LPG itu adalah singkatan dari Liquid Petroleum Gas, kecil sekali peluangnya bisa sepenuhnya diproduksi dalam negeri - karena di unsur petroleum atau minyak ini kita juga masih mengimpornya. Tetapi bila kita mau berlepas diri dari minyak, dan merubah LPG kita menjadi LPG yang kembali ke fitrahnya, yaitu P-nya diganti dengan propane, maka propane ini sangat mungkin diproduksi di dalam negeri.

Jadi singkatan LPG-nya yang kita rubah menjadi Liquid Propane Gas, yang tetap LPG juga. Pertanyaan berikutnya adalah dari bahan apa LPG yang baru ini akan kita produksi, dan bagaimana memproduksinya?

Propane bisa diproduksi dari sumber carbon yang melimpah ruah yang hingga kini masih menjadi masalah di hampir seluruh negeri ini, yaitu sampah dan limbah. Sains dan teknologinya juga sudah ada sejak tiga abad lalu, mulai dari Water Gas (WG) dan Water Gas Shift (WGS), temuan ilmuwan Italy Felice Fontana dari abad 18. Dengan reaksi WG dan WGS inilah kita bisa memproduksi bahan baku propane dari sumber carbon apa saja, bisa sampah, limbah dan bahkan juga dari emisi CO2.

Kemudian setelah bahan baku berupa syngas yang baik diperoleh, yaitu syngas dengan karakter rasio H2/CO>2, bahan bakar apapun bisa dibuat dari syngas ini. Termasuk untuk memproduksi propane yang merupakan kompoen utama LPG. Teknologinya temuan Ilmuwan abad 20 lalu yaitu  Franz Fischer and Hans Tropsch, yang kemudian dikenal dengan Fischer-Tropsch Synthesis (FTS). Dan FTS inilah yang hingga kini digunakan di sejumlah negara untuk produksi bahan bakar dan chemical.

Tetapi karena sumber yang akan kita olah sampah dan limbah, yang karakternya menyebar di seluruh penjuru negeri, tidak ekonomis mengangkut sampah dan limbah ke pengolahan yang terpusat, maka unit-unit pengolahnya yang harus dibuat dalam skala kecil, mini atau bahkan micro plant - yang bisa hadir dimana saja sentra-sentra biomassa atau sampah ada.

Gambar di bawah adalah rancangan untuk LPG Micro Plant  dengan bahan baku biomassa dari sampah dan limbah. Micro plant ini bisa dibuat untuk setiap kota atau bahkan kecamatan, sehingga LPG yang sudah menjadi kebutuhan dasar kita itu bisa dipenuhi oleh produk lokal.

Selain meningkatkan energy security, menurunkan carbon footprint, pasti juga memakmurkan karena menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan tidak ada lagi yang harus dibayar dengan devisa kita yang mahal!

Tags:
Emission Carbon Syngas LPG

Silakan mendaftar terlebih dahulu!

Untuk memposting komentar baru. Anda harus login terlebih dahulu. Masuk

Komentar

Tidak ada komentar